Jakarta - Menempuh pendidikan di perguruan tinggi secara online memang sudah tidak begitu asing lagi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Namun, hal baru yang ditawarkan HarukaEdu adalah perguruan tinggi yang ingin menambah mahasiswa dan mengadakan kelasonline, namun terbentur biaya, bisa diwujudkan oleh HarukaEdu.
“HarukaEdu merupakan startup baru yang bergerak di bidang pendidikan, khususnyaonline. Kita bukan perguruan tinggi, tapi kita membantu perguruan tinggi untuk go online,” ujar salah satu pendiri HarukaEdu, Novistiar Rustandi pada jumpa pers di Jakarta, Selasa (30/6).
Menurut Novistiar, bila perguruan tinggi ingin membuat platform sendiri untuk kelas online, maka akan memakan biaya besar. Sedangkan, HarukaEdu membantu memangkas sebagian biaya. Mereka menyediakan platform yang bisa diisi konten materi kuliah, mulai dari yang bentuk transkrip, audio, hingga video.
“Kita merilis HarukaEdu dan kerja sama kita dengan London School Public Relation (LSPR) pada September 2014. Sejauh ini kita sudah bekerja sama dengan LSPR, Universitas Wiraswasta Indonesia (UWIN), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia),” terang Novistiar.
HarukaEdu menargetkan pasar mereka adalah para pekerja yang ingin melanjutkan kuliah, namun terhambat waktu. Menurut survei mereka, dari 1.200 responden yang merupakan pekerja di Jakarta, 70 persennya ingin melanjutkan sekolah lagi. Sedangkan, 54 persen ingin melanjutkan sekolah sambil kerja dengan waktu yang fleksibel, yakni via online.
“Saat ini baru 7,2 persen masyarakat Indonesia yang memiliki gelar S1, sedangkan Malaysia sudah 24 persen. Dan kalau kita lihat di salah satu situs pencarian kerja yang besar, lowongan kerja untuk tingkat S1 enam kali lebih besar dari yang lulusan SMA. Jadi, bisa dikatakan pasar kita sangat besar,” tandasnya.
Namun, untuk pendaftaran dan ujian, para mahasiswa tetap harus mengikuti standar dari perguruan tinggi yang bekerja sama dengan HarukaEdu. Ujian tetap dilaksanakan secara offline(on campus). Saat ini HarukaEdu telah memiliki sekitar 150 mahasiswa, dengan komposisi 80 persen di tingkat S1 dan sisanya S2.
Kharina Triananda/PCN
Social Links: